“I saw that the story
of Enron was more than a corporate scandal. It was a human drama with the
emotional power of a Greek Tragedy – yet tinged with the blackest humor
imaginable. I felt that the film would give me an opportunity to explore some
larger themes about American culture, the cruelty of our economic system, and
the way it can be too easily rigged for the benefit of the high and mighty.”
- Alex Gibney, sutradara film dokumenter “Enron : The Smartest Guy In
The Room”
Kisah skandal Enron adalah contoh nyata tindakan kecurangan (fraud)
yang dilakukan oleh oknum-oknum pemegang kebijakan sebuah perusahaan besar.
Contoh ketidaksempurnaan hukum dan aturan yang dijalankan tanpa mengindahkan etika
yang melibatkan korporasi bisnis,
auditor, ahli hukum (lawyer) dan banyak pihak lain. Cerita kebangkrutan
perusahaan energi terbesar dan
perusahaan terbesar ketujuh di AS pada saat itu yang menjadi headline
pemberitaan karena memberikan efek yang cukup besar terhadap pasar keuangan
global mulai Amerika, Eropa hingga Asia. Kisah ironis karena tragedi ini
terjadi di negeri yang sangat ketat menjunjung transparansi dan akuntabilitas.
Sejarah Enron
Enron
Corporation adalah perusahaan penyedia energi yang berbasis di Houston, Texas,
AS. Didirikan
th 1985 yang merupakan hasil merger antara Houston Natural Gas dengan
InterNorth untuk mengelola sepanjang lebih dari 60,000 km jaringan pipa gas
dengan CEO pertama adalah Kenneth Lay. Bersamaan dengan itu di AS mulai muncul
wacana untuk memberlakukan sistem deregulasi di bidang usaha energi. Munculnya
wacana tersebut merupakan hasil dari lobi-lobi sekumpulan perusahaan energi,
termasuk Enron salah satunya. Tujuan adanya deregulasi adalah untuk
meningkatkan kompetisi dan menurunkan harga energi. Sebagai pendukung sistem
ekonomi liberal, perusahaan ini jelas-jelas berorientasi pada sistem pasar
bebas.
Setelah merekrut Jeff
Skilling di tahun 1990 sebagai CEO, Enron ambil bagian dalam energi market
sebagai “a middle man on the market”, sebagai penengah dalam rantai suplai.
Enron mulai menjadi perusahaan trading dalam kontrak gas antara suplier dan
konsumen. Pada tahun yang sama, Andrew Fastow bergabung dengan Enron sebagai
CFO.
Skilling memperkenalkan
sistem akuntansi “mark to market” kepada Enron pada tahun 1991, yang disetujui
oleh Securities and Exchange Commission (SEC) pada bulan Januari 2012. Sistem
ini pada dasarnya lebih menekankan melakukan pembukuan berdasarkan perkiraan
perhitungan keuntungan hasil dari suatu kontrak pekerjaan daripada nilai sebenarnya
yang ada pada saat itu.
Kecurangan Enron
Indikasi adanya perilaku
bisnis yang curang di tubuh Enron sudah sejak lama tercium. Pada tahun 1987,
terjadi skandal yang kemundian dikenal dengan skandal Valhalla, dimana dua
trader dari Enron Oil menginvestasikan uang perusahaan untuk bermain di pasar
oil trading melebihi dari yang diijinkan. Bermain di oil trading seperti
bermain judi, kadang menang kadang kalah, tetapi sepertinya Enron Oil selalu
menang pada saat itu dan memberikan keuntungan yang selalu hampir tetap
besarnya. Dua petinggi perusahaan Louis Borget dan Tom Mastroeni diduga
terlibat dalam permainan ini dengan menciptakan berbagai rekening dan sosok
rekayasa palsu.
Kejadian ini membuat
auditor bertanya-tanya dan dari hasil investigasi kemudian mengatakan kepada
Direksi Enron bahwa Borget dan tradernya telah memanipulasi pendapatan
perusahaan dan mengubah catatan trading harian, serta kemungkinan melakukan
perjudian melebihi batas. Namun reaksi dari dewan direksi yang diwakili Ken Lay
di luar perkiraan. Trader yang terlibat tidak dipecat atau diberi peringatan.
Enron malah mengirimkan telex ke Borget : “please keep making us millions”. Bukannya
mengurangi risiko, Ken Lay malah mendorong tradernya untuk berjudi lebih
banyak.
Dua bulan kemudian Enron
menderita kerugian 90 juta dolar dalam 5 hari oil trading. Para trader ternyata
menginvestasikan semua cadangan uang perusahaan dalam permainan oil trading.
Namun untungnya dengan tindakan cepat dan tepat oleh Muckleroy, seorang trader
senior, perusahaan dapat terselamatkan. Dengan kejadian ini akhirnya Mastroeni
dihukum perusahaan dan Borget dituduh melakukan fraud dan dipenjara selama
setahun.
Kehilangan dua orang
“moneymaker” terbesarnya, Ken Lay menghadapi pertanyaan serius siapa yang akan menghasilkan uang untuk Enron? Ken Lay
kemudian melihat sosok Jeff Skilling. Ide Skilling sangat brilian. Dia menemukan
cara baru untuk Enron dalam mengirimkan energi. Daripada mengurusi aliran gas
secara fisik di jalur pipanya, Enron lebih memilih untuk menjadi semacam stock
market untuk gas alam. Hal ini dianggap ide yang revolusioner, mengubah energi
ke dalam instrumen finansial yang dapat diperjualbelikan seperti saham atau
surat berharga. Di tahun 1992, menggunakan ide tersebut, Enron menjadi pembeli
dan penjual terbesar gas alam di Amerika Utara.
Jeff Skilling sangat percaya
bahwa ide adalah segalanya, dan ketika kamu mempunyai ide maka kamu harus dapat
membukukan keuntungan dari ide tersebut. Pembukuan keuntungan Enron hanyalah
berasal dari ide. Ketika mempunyai ide untuk suatu proyek baru. Mereka akan
menyatakan bahwa proyek ini akan menghasilkan keuntungan sekian dollar, dan itu
yang akan dicatat dalam pembukuan. Padahal hasil sebenarnya bisa saja sangat
berbeda ketika proyek tersebut dijalankan.
Catatan keuangan yang
sangat bagus setiap tahunnya membuat nilai saham Enron selalu naik, naik dan
naik terus, bahkan selalu membukukan rekor baru. Namun hal ini belum membuat
Enron puas. Mereka percaya seharusnya harga saham Enron akan dapat lebih tinggi
lagi dan lagi. Selama perusahaan mampu memenuhi atau melebihi catatan proyeksi
dari analis saham maka saham akan naik lebih tinggi lagi. Melihat catatan
akuntansinya performa Enron sangat menakjubkan. Tetapi dalam kenyataannya
keuntungan yang didapat tidaklah demikian.
Misalnya ketika Enron
menginvestasikan milyaran dollar untuk membangun sebuah power plant di India.
Tetapi ketika sudah berdiri masyarakat India tidak mampu membayar harga listrik
yang Enron produksi. Akibatnya proyek di Dabhol, India adalah sebuah kerugian
besar. Namun meskipun menderita kerugian milyaran dollar, Enron justru memberi
bonus jutaan dollar untuk jajaran eksekutif perusahaan berdasarkan keuntungan
imajiner yang tidak pernah terealisasi.
Hal yang sama ketika Enron
kelihatannya sukses menjalankan bisnis broadband. Mereka melakukan segala macam
cara untuk menciptakan suatu ilusi bisnis. Mereka muncul dengan laporan
keuangan yang selalu menakjubkan padahal pada kenyataannya keuntungan
perusahaan tidak seperti itu.
Lalu darimana uang
sebenarnya akan datang?
“Eksperimen” di California
Pada tahun 1997, Enron
melakukan pembelian Portland General Electric, yang membuat Enron akhirnya masuk
dalam bisnis listrik di AS. Posisi Portland General Electric yang berada di
West Coast memberikan Enron akses ke sistem deregulasi pasar listrik yang baru
di California. Merger kedua perusahaan menjadikan Enron perusahaan penjual gas
alam dan listrik terbesar pada level retail di seluruh AS. Akibat akuisisi ini
semua saham PGE menjadi saham Enron.
Pada suatu ketika selama dua
hari berturut-turut disana dilanda blackout, tidak ada pasokan listrik yang
cukup untuk negara bagian terbesar di AS tersebut. Dan anehnya kejadian
tersebut terjadi pada musin gugur, biasanya kebutuhan listrik paling tinggi
disana pada musim panas. Dengan kebutuhan sekitar 28-30 GW dan kapasitas
pembangkit terpasang sebesar 45 GW
seharusnya tidak ada masalah karena pasokan jauh di atas kebutuhan listrik.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, California menderita krisis energi yang
tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ketika otoritas pengelola
power grid mengumumkan kemungkinan terjadinya blackout kembali, tentu hal ini
akan memberi pengaruh besar terhadap harga kelistrikan disana yang menggunakan
prinsip pasar bebas. Maka hanya ada penjelasan bahwa ada sesuatu yang salah,
sesuatu yang ilegal sedang terjadi, karena tidak pernah terjadi krisis energi
listrik di California sebelumnya.
California dipilih Enron
sebagai tempat uji coba pertama tentang konsep startegi deregulasi kelistrikan
yang baru mereka. Tim Belden adalah sosok utama dalam permainan ini,
menghabiskan berjam-jam untuk mempelajari peraturan baru mengenai deregulasi
kelistrikan untuk mencari celah bagaiman Enron dapat mengeksploitasinya untuk
menghasilkan uang.
Sukses dengan percobaan di
California, semakin membuat trader Enron semakin bernafsu dalam mempermainkan
harga untuk merampok negara bagian tersebut. Hingga Gubernur California
menyatakan keadaan darurat dan mengerahkan segala sumber daya untuk menjaga agar
listrik tetap menyala serta meminta garda nasional untuk menjaga, mengendalikan
power plant dan membuatnya beroperasi
kembali. Total biaya yang keluar dalam periode krisis energi ini sebesar 30 milyar
dollar. Sebuah angka yang sangat besar, memaksa pemerintah federal turun
tangan membatasi harga listrik meskipun ada pro kontra. Namun pihak Enron tidak sedikitpun merasa
bersalah, karena mengacu pada sistem deregulasi baru yang sebelumnya belum
pernah diterapkan.
Jatuhnya Enron
Keserakahan Enron di California
membawanya menuju kehancuran. Melalui berbagai macam protes dan perlawanan,
masyarakat bisa menilai kapasitas moral para pejabat eksekutif Enron. Disamping
itu nilai saham Enron mulai terus menurun. Menyusul kemudian berbagai macam
investigasi terhadap Enron mulai dilakukan. Berbagai pertanyaan yang sebelumnya
tidak pernah ditanyakan akan proses bisnis Enron mulai dipertanyakan.
Krisis California menjadikan nilai saham Enron terus menurun nilainya
Setelah
itu Enron layaknya kapal Titanic yang akan tenggelam, dari nilai sahamnya yang
bernilai $90 per lembar di Desemer 2000, menjadi 40 sen di Desember 2001.
Kerugian di pasar saham memberikan efek domino kepada Enron. Dari nilai aset
sebesar $ 65 Milyar menjadi bangkrut hanya dalam waktu 24 hari. Karyawan Enron
merasa dikhianati pejabat eksekutif, karena semua dana pension mereka
investasikan di saham Enron atas desakan dan bujukan pimpinan ketika mereka
masih jaya. Sedangkan mereka yang berada pada level teratas perusahaan masih
sempat menarik dana mereka jauh-jauh hari sebelum tragedi kebangkrutan Enron
terjadi.
Mereka Yang Bertanggung Jawab
Andy Fastow : mantan CFO, yang awalnya dijadikan kambing
hitam dengan ditimpakan semua kesalahan kepadanya. Dituntut 78 dakwaan di
pengadilan termasuk fraud, pencucian uang dan konspirasi. Pada Januari 2004
dinyatakan bersalah dan sihukum “ringan” 10 tahun penjara, karena bersedia
bekerjasama memberikan testimoni yang melawan eksekutif Enron yang lain
Jeff Skilling :
mantan CEO, dituntut 35 dakwaan meliputi tindakan fraud, insider trading, dan
kejahatan lain yang berkaitan dengan skandal Enron. Dinyatakan bersalah pada
Oktober 2006 dan dihukum 24 tahun 4 bulan penjara dan denda sebesar $ 45 juta
Kenneth Lay : pendiri dan chairman Enron, dituntut 65
dakwaan, diantaranya melakukan tindakan fraud dan memberi pernyataan palsu.
Dinyatakan bersalah dalam tindakan fraud dan konspirasi namun dirinya meninggal
saat masih harus menjalani rangkaian proses peradilan di AS pada bulan Juli
2006.
Beberapa nama lain juga dinyatakan terlibat. Total ada 16 orang dari
Enron dan beberapa orang trader yang dinyatakan terlibat dan bersalah. Cliff
Baxter, salah satu pegawai Enron ditemukan bunuh diri dua bulan setelah
kebangkrutan Enron, diduga terkait keterlibatannya dengan skandal yang terjadi
di Enron.
Arthur
Andersen, firma akuntan tertua di AS, dinyatakan bersalah atas penghilangan
dokumen dan penghapusan email dan file perusahaan yang mengaitkan dengan
Enron.Meskipun hanya sejumlah kecil pegawai yang terlibat namun menyebabkan
firma ini tidak diijinkan meneruskan usaha sehingga menyebabkan 85.000
karyawannya kehilangan pekerjaan. Reputasi Arthur Andersen hancur akibat
skandal ini.
“The fatal flaw at Enron, if
there is one, you say it was pride, but then it was arrogance, intolerance,
greed” – Amanda Martin, mantan eksekutif Enron
(ditulis
berdasarkan film dokumenter “Enron : The
Smartest Guys in The Room”)
Referensi :