Senin, 06 Oktober 2014

Mengimajinasikan Sepakbola Dalam Manajemen Aset



"The socialism I believe in is everybody working for the same goal and everybody having a share in the rewards. That's how I see football, that's how I see life." –Bill Shankly


Sepakbola, olahraga terpopuler di jagad raya, sebenarnya dapat mengajarkan pada kita banyak hal jika kita melihatnya secara luas. Seperti kutipan di atas, dalam sepakbola semua pihak baik itu pemilik klub, ofisial tim, pelatih, pemain bahkan suporter akan bekerja untuk satu tujuan yaitu meraih kemenangan atau juara. Masing-masing elemen mempunyai andil dan saling mendukung satu sama lain untuk meraih tujuan tersebut.

Hal yang sama kita lihat dalam sebuah perusahaan. Semua pihak harus dapat bekerja sama untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan melalui visi dan misi perusahaan. Semua bidang mempunyai pekerjaan masing-masing untuk mengambil bagian dalam mewujudkan tujuan tersebut. Pun, begitu pula setiap individu akan mempunyai perannya masing-masing yang saling mendukung satu sama lain.

Seperti kita ketahui, manajemen aset telah beberapa tahun diterapkan di unit-unit bisnis Indonesia Power. Tentunya kita sudah begitu fasih dan menjiwai implementasi manajemen aset tersebut, meskipun tetap harus ada perbaikan-perbaikan, karena itulah inti dari sebuah siklus manajemen aset, continuous improvement. Tulisan ini tidak menuliskan sesuatu yang baru tentang implementasi manajemen aset tetapi hanya mencoba melihat dari sisi yang berbeda dengan mengimajinasikannya dalam sebuah permainan sepakbola.



Misalnya kita lihat pada bagan di atas yaitu untuk implementasi manajemen aset Reliability dan WPC (Work, Planning, and Control). Bayangkan system owner adalah sebagai seorang pelatih yang harus menyusun dan memiliki kewenangan untuk membuat strategi dalam sebuah tim sepakbola. Bagaimana visi seorang pelatih memberikan strategi tidak hanya untuk memenangkan satu pertandingan saja, tetapi adalah bagaimana membuat timnya menang dalam suatu kejuaraan jangka panjang.

Lalu disana ada Planner Har. Analogikan dia dengan seorang playmaker sekaligus kapten tim yang lihai dalam mengatur tempo permainan. Syarat seorang playmaker tentu saja ia harus mampu menerjemahkan strategi dari pelatih ke dalam skema permainan, dapat menjadi pembagi bola yang cermat dalam memberikan umpan-umpan terobosan yang ciamik ataupun mengontrol permainan melalui ball possession.
 
Selain playmaker, tentu saja masih ada 10 pemain lain yang kita imajinasikan sebagai eksekutor. Eksekutor akan menerima, mengolah dan mengeksekusi bola dari distribusi sang playmaker. Ada yang tugasnya bertahan, ada yang tugasnya melakukan penyerangan. Bertahan dari serangan lawan, bertahan dari serangan kerusakan peralatan, melakukan corrective maintenance ketika kerusakan terjadi. Sedangkan penyerang harus mampu mencetak gol sebanyak-banyaknya sebelum lawan mencetak gol, melakukan penyerangan terhadap lawan, melakukan preventive maintenance untuk menemukan permasalahan secara dini dan memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah.






Diluar pembagian peran masing-masing pemain, sepakbola adalah olahraga tim. Dalam sebuah tim tentu saja dibutuhkan kerja sama untuk mencapai satu tujuan. Saya jadi teringat status yang pernah diunggah oleh  teman saya di facebooknya, “I prefer to be ordinary man in a super team than a super man in the ordinary team”.

Messi, Ronaldo, Suarez bolehlah menjadi pemain dengan skill olah bola hampir sempurna. Tetapi tanpa kerja sama dan peran pemain lain, tentu saja timnya tidak akan dapat meraih kemenangan.
Begitu pula dengan Liverpool. mengapa mereka menggunakan semboyan You’ll Never Walk Alone?? Tentunya karena mereka menyadari tidak akan bisa dan tidak akan pernah bisa berjalan sendiri-sendiri dalam mencapai tujuan. Disitu ada peran dan kerja sama dengan anggota tim yang lain, bahkan dengan supporter mereka.

Begitu pula dalam implementasi manajemen aset, semua pihak harus menyadari pentingnya peran dan kerja sama yang harus dibangun dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Ketika salah satu pilar tidak berjalan dengan baik maka pasti akan mempengaruhi pilar yang lain dan pada akhirnya tujuan tidak akan bisa tercapai.

...You’ll Never Walk Alone…
 
 

Minggu, 05 Oktober 2014

Variable Frequency Drive (VFD)


Dalam dunia industri tentunya banyak sekali peralatan yang menggunakan sistem pompa maupun fan yang diharapkan dapat bekerja dengan berbagai macam beban yang bervariasi. Misalnya jika dalam pompa kita mengenal cara untuk mengatur flow yang dialirkan dengan memasang control valve dan bypass line, sedangkan untuk fan biasanya menggunakan damper. Cara yang lain yang diklaim lebih efisien untuk dapat mengatur variasi beban adalah jika kita dapat mengatur kecepatan putar pompa/ fan tersebut (speed adjustment). Istilah populer untuk pengaturan kecepatan putar peralatan yaitu menggunakan teknologi VSD (Variable Speed Drive).




Pada dasarnya ada tiga cara pengaturan speed melalui VSD yaitu pengaturan secara mekanik, hidraulik dan elektrik. Khusus untuk pengaturan secara elektrik dilakukan dengan cara mengatur frekuensi supply arus yang masuk ke motor, oleh karena itu pengaturan dengan cara ini lebih dikenal dengan nama VFD (Variable Frequency Drive).

Keuntungan VFD
1. Energy Saving
Untuk sistem pompa sentrifugal, kita mengenal adanya prinsip dasar hukum afinitas, yaitu :
·         Volume flow berbanding lurus dengan kecepatan putar
·         Pressure berbanding lurus dengan kuadrat dari kecepatan putar, dan
·         Input power (daya) berbanding lurus dengan pangkat tiga dari kecepatan putar
Berdasarkan hukum afinitas tersebut, maka pengaturan kecepatan putar sesuai variasi beban akan sangat signifikan mengurangi daya yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tersebut dengan perbandingan hingga pangkat tiganya.
Kita ambil contoh, jika suatu pompa akan digunakan untuk mengalirkan volume flow 50% dari range kerja normalnya, maka kita bisa mengatur kecepatan putar pompa tersebut dengan mengurangi setara 50% kecepatan putar normal. Dengan kecepatan yang berkurang sebesar 50% atau ½ dari kecepatan normal, maka daya yang dibutuhkan adalah hanya sebesar  1/8 dari daya normal, yang artinya penghematan yang dilakukan adalah sebesar 7/8 kali dari daya normal.

2. Mengurangi mechanical stress

VFD dapat digunakan sebagai salah satu metode soft starter*) untuk melakukan start motor. Dengan adanya soft starter dapat mengurangi adanya tekanan pada isolasi motor akibat munculnya arus yang tinggi pada saat motor di-start, sehingga secara jangka panjang dapat meningkatkan reliability terhadap isolasi motor. Dengan adanya VFD, ketika motor di-start maka motor tidak akan langsung berputar ke frekuensi kerja normalnya, tetapi berjalan pelan mulai dari frekuensi rendah dan secara bertahap secara halus dinaikkan oleh VFD ke frekuensi yang lebih tinggi hingga mencapai frekuensi normalnya.

*)Selain VFD ada beberapa metode yang lain yang dapat dipakai sebagai soft starter.

3. Meningkatkan Power Factor

Berdasarkan hasil riset, dengan menggunakan VFD maka dapat memperbaiki power factor sistem kelistrikan ke motor mulai 0.9 hingga mendekati unity power factor tergantung dari range kecepatan dan teknologi peralatan yang digunakan untuk penyearahnya.

Namun selain memiliki kelebihan di atas, penggunaan VFD juga akan memberikan efek negatif terhadap sistem seperti munculnya harmonisa pada tegangan supply karena metode switching/ on-off yang digunakan, serta efek lain seperti acoustic noise dan motor derating.

Prinsip Kerja VFD


Prinsip kerja dari VFD pada dasarnya adalah mengubah tegangan bolak balik (AC) dari input menjadi tegangan searah (DC) oleh AC/DC converter/ rectifier, kemudian di-filter untuk menghaluskan hasil penyearah tegangan tersebut dan selanjutnya DC/AC inverter akan  mengubah kembali tegangan DC menjadi tegangan AC dengan frekuensi tertentu yang sudah diatur tergantung kebutuhan. Karena menggunakan prinsip inverter (pengubahan dari DC menjadi AC), di pasaran VFD sering disebut juga sebagai peralatan inverter untuk beberapa aplikasi produk.

Beberapa metode VFD terutama dalam hal pengaturan frekuensi pada DC/AC inverter yang dapat digunakan yaitu seperti gambar di bawah.
 



Beberapa schematic topologi VFD :




Referensi :

  1.  Muhammad H. Rashid, dll. Power Electronics Handbook. Academic Press. 2001
  2. Variable Speed Pumping – A Guide to Successful Applications, Executive Summary. Hydraulic Institute, Europump, and the U.S. Department of Energy’s (DOE) Industrial Technologies Program. 2004.