Kamis, 02 Oktober 2014

CNG di PLTGU Grati



Pola kebutuhan tenaga listrik yang tidak merata setiap harinya menyebabkan adanya jenis pembangkit yang berbeda antara pembangkit yang cocok digunakan untuk base load dan Pembangkit yang digunakan untuk kebutuhan peak load. PT. Indonesia Power, selaku anak perusahaan dari PT. PLN, mempunyai beberapa pembangkit listrik yang tersebar di Indonesia yang salah satu diantaranya adalah UBP Perak Grati. UBP Perak Grati mengelola PLTGU Grati Blok I (combined cycle) terdiri dari 3 Gas Turbine dan 1 Steam Turbine serta Blok II (open cycle) terdiri dari 3 Gas Turbine dengan desain dual firing menggunakan bahan bakar minyak (HSD) dan bahan bakar gas. PLTGU Grati Blok I dioperasikan untuk kebutuhan base load, sedangkan PLTGU Blok II dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan peak load.
                 
Meskipun desain dari PLTGU Grati bisa menggunakan bahan bakar dual firing, akan tetapi sejak tahun 2010 sesuai kebijakan dari PLN dimana hanya mengoperasikan Pembangkit non BBM, maka PLTGU Grati hanya menggunakan bahan bakar gas sebagai bahan bakar utamanya. Suplai bahan bakar gas sebesar 90 BBTUD yang dipasok ke PLTGU Grati hanya cukup untuk mengoperasikan PLTGU Grati Blok I (combined cycle) dengan beban maksimum untuk memenuhi kebutuhan base load sistem Jawa Bali.

Sehubungan dengan masuknya pembangkit-pembangkit PLTU Batubara melalui proyek 10.000 MW tahap I, kebutuhan dasar sistem Jawa Bali selanjutnya dapat dipenuhi dari PLTU batubara tersebut. Dengan terpenuhinya sistem kelistrikan untuk beban base load di sistem Jawa Bali oleh PLTU Batubara maka sedapat mungkin suplai gas yang sebelumnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan PLTGU Grati Blok I dapat dialihkan untuk kebutuhan di PLTGU Grati Blok II sebagai pembangkit peak load. Hal inilah yang mendasari perlunya sistem penyimpanan untuk gas alam tersebut dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) sebagai bahan bakar yang akan digunakan pada jam-jam tertentu saat beban puncak. Dengan cara ini pemerintah dapat meningkatkan nilai dari gas karena dapat menggantikan BBM pada pembangkit-pembangkit peaker.


Dari suplai gas yang dipasok sebelumnya ke PLTGU Grati Blok I sebesar 90 BBTUD, sebanyak 17 BBTUD akan dialirkan ke CNG Plant untuk dilakukan kompresi dan disimpan, sehingga 73 BBTUD suplai gas sisanya akan tetap digunakan sebagai bahan bakar PLTGU Grati Blok I selama 24 jam. Selanjutnya dari gas yang tersimpan di CNG Plant akan digunakan untuk membangkitkan PLTGU Grati Blok II selama kurang lebih 5 jam dengan beban 100% atau sebesar 300 MW
 

Komponen utama CNG Plant di PLTGU Grati terdiri dari metering unit untuk mengukur laju volumetrik gas, gas dryer untuk mengurangi kadar air gas yang masuk ke CNG Plant, kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas untuk selanjutnya disimpan dalam CNG storage berupa skid tabung penyimpanan. Selanjutnya untuk proses discharge ke pembangkit, CNG yang tersimpan akan dilakukan dekompresi di CNG decompression unit, lalu langkah terakhir gas akan melalui sistem heat waste recovery untuk memanaskan gas sebelum dialirkan ke pembangki.


Dengan adanya CNG Plant di PLTGU Grati yang merupakan CNG dengan kapasitas terbesar di dunia ini maka secara ekonomi penerapan CNG ini dapat memberikan nilai tambah berupa penghematan untuk biaya pembangkitan sebesar ± 900 M rupiah per tahun dibanding dengan menggunakan BBM. Selain itu dengan adanya CNG ini dapat mengurangi risiko tidak tercapainya penyerapan gas yang berimplikasi pada klausul Take or Pay (TOP) dalam skema perjanjian dengan supplier gas. Di sisi lain, penerapan teknologi CNG dapat mengurangi laju polusi udara dengan sangat signifikan dibandingkan dengan menggunakan BBM saat beban puncak sebesar 254 ribu ton CO2 pertahun, 126,5 ton kadar SO2 pertahun, dan 3500 ton kadar NO2 pertahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar