Pola kebutuhan tenaga listrik yang tidak merata setiap harinya
menyebabkan adanya jenis pembangkit yang berbeda antara pembangkit yang cocok
digunakan untuk base load dan
Pembangkit yang digunakan untuk kebutuhan peak
load. PT. Indonesia Power, selaku anak perusahaan dari PT. PLN, mempunyai
beberapa pembangkit listrik yang tersebar di Indonesia yang salah satu
diantaranya adalah UBP Perak Grati. UBP Perak Grati mengelola PLTGU Grati Blok
I (combined cycle) terdiri dari 3 Gas
Turbine dan 1 Steam Turbine serta Blok II (open
cycle) terdiri dari 3 Gas Turbine dengan desain dual firing menggunakan bahan bakar minyak (HSD) dan bahan bakar
gas. PLTGU Grati Blok I dioperasikan untuk kebutuhan base load, sedangkan PLTGU Blok II dioperasikan untuk memenuhi
kebutuhan peak load.
Meskipun desain
dari PLTGU Grati bisa menggunakan bahan bakar dual firing, akan tetapi sejak
tahun 2010 sesuai kebijakan dari PLN dimana hanya mengoperasikan Pembangkit non
BBM, maka PLTGU Grati hanya menggunakan bahan bakar gas sebagai bahan bakar
utamanya. Suplai bahan bakar gas sebesar 90 BBTUD yang dipasok ke PLTGU Grati
hanya cukup untuk mengoperasikan PLTGU Grati Blok I (combined cycle) dengan beban maksimum untuk memenuhi kebutuhan base load sistem Jawa Bali.
Sehubungan dengan
masuknya pembangkit-pembangkit PLTU Batubara melalui proyek 10.000 MW tahap I,
kebutuhan dasar sistem Jawa Bali selanjutnya dapat dipenuhi dari PLTU batubara
tersebut. Dengan terpenuhinya sistem kelistrikan untuk beban base load di sistem Jawa Bali oleh PLTU Batubara maka sedapat mungkin suplai gas yang
sebelumnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan PLTGU Grati Blok I dapat
dialihkan untuk kebutuhan di PLTGU Grati Blok II sebagai pembangkit peak load. Hal inilah yang mendasari
perlunya sistem penyimpanan untuk gas alam tersebut dalam bentuk Compressed
Natural Gas (CNG) sebagai bahan bakar yang akan digunakan pada jam-jam tertentu
saat beban puncak. Dengan cara ini pemerintah dapat meningkatkan nilai dari gas
karena dapat menggantikan BBM pada pembangkit-pembangkit peaker.
Dari
suplai gas yang dipasok sebelumnya ke PLTGU Grati Blok I sebesar 90 BBTUD,
sebanyak 17 BBTUD akan dialirkan ke CNG Plant untuk dilakukan kompresi dan
disimpan, sehingga 73 BBTUD suplai gas sisanya akan tetap digunakan sebagai
bahan bakar PLTGU Grati Blok I selama 24 jam. Selanjutnya dari gas yang
tersimpan di CNG Plant akan digunakan untuk membangkitkan PLTGU Grati Blok II
selama kurang lebih 5 jam dengan beban 100% atau sebesar 300 MW
Komponen
utama CNG Plant di PLTGU Grati terdiri dari metering unit untuk mengukur laju
volumetrik gas, gas dryer untuk mengurangi kadar air gas yang masuk ke CNG
Plant, kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas untuk selanjutnya
disimpan dalam CNG storage berupa skid tabung penyimpanan. Selanjutnya untuk
proses discharge ke pembangkit, CNG yang tersimpan akan dilakukan dekompresi di
CNG decompression unit, lalu langkah terakhir gas akan melalui sistem heat waste recovery untuk memanaskan gas
sebelum dialirkan ke pembangki.
Dengan
adanya CNG Plant di PLTGU Grati yang merupakan CNG dengan kapasitas terbesar di
dunia ini maka secara ekonomi penerapan CNG ini dapat memberikan nilai tambah
berupa penghematan untuk biaya pembangkitan sebesar ± 900 M rupiah per tahun dibanding dengan
menggunakan BBM. Selain itu dengan adanya CNG ini dapat mengurangi risiko tidak
tercapainya penyerapan gas yang berimplikasi pada klausul Take or Pay (TOP) dalam skema perjanjian dengan supplier gas. Di
sisi lain, penerapan teknologi CNG dapat mengurangi laju polusi udara dengan
sangat signifikan dibandingkan dengan menggunakan BBM saat beban puncak sebesar
254 ribu ton CO2 pertahun, 126,5 ton kadar SO2 pertahun,
dan 3500 ton kadar NO2 pertahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar