"The socialism I believe in is everybody working for the same goal
and everybody having a share in the rewards. That's how I see football, that's
how I see life." –Bill Shankly
Sepakbola, olahraga terpopuler di
jagad raya, sebenarnya dapat mengajarkan pada kita banyak hal jika kita melihatnya
secara luas. Seperti kutipan di atas, dalam sepakbola semua pihak baik itu
pemilik klub, ofisial tim, pelatih, pemain bahkan suporter akan bekerja untuk
satu tujuan yaitu meraih kemenangan atau juara. Masing-masing elemen mempunyai
andil dan saling mendukung satu sama lain untuk meraih tujuan tersebut.
Hal yang sama kita lihat dalam
sebuah perusahaan. Semua pihak harus dapat bekerja sama untuk meraih tujuan yang
telah ditetapkan melalui visi dan misi perusahaan. Semua bidang mempunyai
pekerjaan masing-masing untuk mengambil bagian dalam mewujudkan tujuan
tersebut. Pun, begitu pula setiap individu akan mempunyai perannya
masing-masing yang saling mendukung satu sama lain.
Seperti kita ketahui, manajemen
aset telah beberapa tahun diterapkan di unit-unit bisnis Indonesia Power. Tentunya kita sudah
begitu fasih dan menjiwai implementasi manajemen aset tersebut, meskipun tetap
harus ada perbaikan-perbaikan, karena itulah inti dari sebuah siklus manajemen
aset, continuous improvement. Tulisan
ini tidak menuliskan sesuatu yang baru tentang implementasi manajemen aset
tetapi hanya mencoba melihat dari sisi yang berbeda dengan mengimajinasikannya
dalam sebuah permainan sepakbola.
Misalnya kita lihat pada bagan di
atas yaitu untuk implementasi manajemen aset Reliability dan WPC (Work, Planning, and Control). Bayangkan
system owner adalah sebagai seorang pelatih yang harus menyusun dan memiliki
kewenangan untuk membuat strategi dalam sebuah tim sepakbola. Bagaimana visi
seorang pelatih memberikan strategi tidak hanya untuk memenangkan satu
pertandingan saja, tetapi adalah bagaimana membuat timnya menang dalam suatu
kejuaraan jangka panjang.
Lalu disana ada Planner Har. Analogikan
dia dengan seorang playmaker sekaligus kapten tim yang lihai dalam mengatur
tempo permainan. Syarat seorang playmaker tentu saja ia harus mampu
menerjemahkan strategi dari pelatih ke dalam skema permainan, dapat menjadi
pembagi bola yang cermat dalam memberikan umpan-umpan terobosan yang ciamik
ataupun mengontrol permainan melalui ball
possession.
Selain playmaker, tentu saja masih ada 10 pemain
lain yang kita imajinasikan sebagai eksekutor. Eksekutor akan menerima,
mengolah dan mengeksekusi bola dari distribusi sang playmaker. Ada yang
tugasnya bertahan, ada yang tugasnya melakukan penyerangan. Bertahan dari
serangan lawan, bertahan dari serangan kerusakan peralatan, melakukan
corrective maintenance ketika kerusakan terjadi. Sedangkan penyerang harus
mampu mencetak gol sebanyak-banyaknya sebelum lawan mencetak gol, melakukan
penyerangan terhadap lawan, melakukan preventive maintenance untuk menemukan
permasalahan secara dini dan memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan yang
lebih parah.
Diluar pembagian peran
masing-masing pemain, sepakbola adalah olahraga tim. Dalam sebuah tim tentu
saja dibutuhkan kerja sama untuk mencapai satu tujuan. Saya jadi teringat
status yang pernah diunggah oleh teman
saya di facebooknya, “I prefer to be
ordinary man in a super team than a super man in the ordinary team”.
Messi, Ronaldo, Suarez bolehlah
menjadi pemain dengan skill olah bola hampir sempurna. Tetapi tanpa kerja sama
dan peran pemain lain, tentu saja timnya tidak akan dapat meraih kemenangan.
Begitu pula dengan Liverpool. mengapa
mereka menggunakan semboyan You’ll Never
Walk Alone?? Tentunya karena mereka menyadari tidak akan bisa dan tidak
akan pernah bisa berjalan sendiri-sendiri dalam mencapai tujuan. Disitu ada
peran dan kerja sama dengan anggota tim yang lain, bahkan dengan supporter
mereka.
Begitu pula dalam implementasi
manajemen aset, semua pihak harus menyadari pentingnya peran dan kerja sama
yang harus dibangun dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Ketika salah satu
pilar tidak berjalan dengan baik maka pasti akan mempengaruhi pilar yang lain
dan pada akhirnya tujuan tidak akan bisa tercapai.
...You’ll Never Walk Alone…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar